SINARPERBATASAN.COM, BUTON TENGAH – Di tengah derasnya arus modernisasi, masyarakat Desa Tolandona, Kecamatan Sangia Wambulu, kembali menunjukkan betapa kuatnya mereka memegang warisan budaya leluhur. Ahad, (13/04/2025).
Festival Kande-Kandea Tolandona 2025, yang berlangsung meriah di Lapangan Lamedadi, tidak hanya menjadi ajang silaturahmi, tetapi juga perayaan identitas budaya Buton Tengah yang tak lekang oleh waktu.
Ribuan masyarakat memadati lokasi acara, mengenakan pakaian adat, membawa makanan tradisional, dan menyambut tamu-tamu dengan senyum hangat. Tradisi Kande-Kandea, yang berarti ‘saling menyuapi dalam suasana kekeluargaan’, disambut antusias oleh seluruh lapisan masyarakat. Festival ini menjadi pengingat bahwa budaya bisa menjadi pemersatu yang ampuh.
Acara yang didukung penuh oleh Pemerintah Kabupaten Buton Tengah ini turut dihadiri oleh Bupati Buton Tengah, Dr. H. Azhari, S.STP, M.Si dan Wakil Bupati Muh. Adam Basan, S.Sos, bersama jajaran Forkopimda, tokoh adat, serta ratusan perwakilan organisasi perangkat daerah (OPD).
“Tradisi ini adalah harta yang tak ternilai. Bukan sekadar makan bersama, tetapi simbol persatuan dan cinta antar sesama. Pemerintah hadir dan akan terus hadir dalam setiap nafas pelestarian budaya seperti ini,” ujar Bupati Azhari, saat membuka acara.
“Kande-Kandea bukan hanya untuk dinikmati, tapi untuk diwariskan. Kita ingin generasi muda mencintai budayanya, menghargai warisan nenek moyangnya,” lanjutnya dengan penuh semangat.
Sebanyak 350 talang berisi makanan tradisional khas Buton Tengah disusun rapi. Talang-talang tersebut disiapkan oleh warga, komunitas, hingga OPD, berisi berbagai makanan khas seperti kasuami, sinonggi, kambuse, ikan bakar, kadampi, dan lainnya. Setelah doa bersama, makanan disajikan kepada tamu dalam prosesi penuh kearifan lokal—dengan para gadis menyuapi secara simbolis sebagai bentuk penghormatan dan keramahtamahan.
Baharudin, Ketua Panitia Kande-Kandea Tolandona 2025, menyampaikan apresiasi atas dukungan semua pihak yang telah membuat acara berlangsung dengan sukses dan penuh makna.
“Tahun ini terasa sangat istimewa. Semangat masyarakat luar biasa. Kami bahkan kedatangan pengunjung dari luar daerah yang sengaja datang karena mendengar keunikan Kande-Kandea Tolandona,” ujarnya.
“Bagi kami, tradisi ini lebih dari sekadar seremonial. Ini adalah pernyataan kebudayaan yang kuat, dan kami bangga bisa terus menjaganya,” tambahnya.
Kepala Dinas Pariwisata Buton Tengah, Irwan Seni Rajab, menegaskan bahwa festival ini bukan sekadar agenda budaya, melainkan strategi dalam pengembangan sektor pariwisata berbasis kearifan lokal.
“Kande-Kandea Tolandona akan terus kami angkat sebagai ikon budaya tahunan. Keunikannya menjadikannya potensi unggulan dalam promosi wisata budaya Buton Tengah,” ujarnya.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata Buton Tengah, Irwan Seni Rajab, Salah satu kekuatan besar dari festival Kande-kandea ini adalah sinergi antara masyarakat dan Dinas Pariwisata Buton Tengah. Ia mengatakan, tradisi ini kini telah mencatat prestasi membanggakan: masuk dalam kalender event daerah dan nasional.
“Kande-Kandea Tolandona telah kami usulkan dan kini resmi masuk dalam kalender event daerah dan nasional. Ini artinya, Tolandona kini punya posisi penting dalam peta pariwisata budaya Indonesia,” ujar Irwan.
“Kami akan terus memperkuat promosi dan pengemasan event agar ke depan bisa menarik lebih banyak wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.” Lanjutnya.
Masuknya tradisi ini ke kalender nasional tidak hanya membuka peluang pariwisata, tetapi juga menjadi pengakuan terhadap kekayaan budaya Buton Tengah yang otentik dan unik.
Daya tarik utama dari Kande-Kandea Tolandona adalah kehangatan yang ditawarkan. Tidak ada batas antara tamu dan tuan rumah. Semua berkumpul, berbagi, dan merayakan akar budaya bersama. Pakaian adat yang berwarna-warni, denting musik tradisional, dan aroma makanan khas menjadi suasana yang sulit dilupakan.
Festival ini menjadi bukti bahwa budaya bisa menjadi kekuatan besar dalam membangun identitas dan kebanggaan daerah. Dan dengan dukungan penuh dari pemerintah daerah, termasuk Bupati dan Dinas Pariwisata, tradisi ini tidak hanya hidup, tapi juga bersinar hingga kancah nasional.
Karena keunikan Kande-Kandea Tolandona terletak pada suasana kekeluargaan yang hangat, perpaduan warna-warni pakaian adat, dan rasa syukur yang terpancar dari setiap prosesi.
Sehingga tradisi ini menjadi magnet tersendiri karena mampu menyentuh rasa kemanusiaan yang paling dasar: makan bersama sebagai simbol kasih sayang dan kesetaraan.
Festival ini menjadi contoh nyata bagaimana sinergi antara pemerintah dan masyarakat bisa melahirkan momentum kebudayaan yang kuat, inklusif, dan membanggakan. Sebuah bukti bahwa budaya tidak akan pernah mati selama ada cinta dan kesadaran untuk menjaganya bersama.
Reporter: Sadly