Pulau Senoa merupakan salah satu destinasi wisata yang wajib dikunjungi wisatawan ketika datang ke Natuna. (Foto : Arief Naen)
Natuna, SinarPerbatasan.com – Pada tahun 2016 silam, Presiden Republik Indonesia (RI) ke-7, Joko Widodo (Jokowi), telah menetapkan 5 (lima) Percepatan Pembangunan bagi Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Pertama, dari sektor kelautan dan perikanan, migas, pertahanan, pariwisata serta lingkungan hidup. Namun kenyataannya, kelima sektor percepatan pembangunan itu tidak berjalan mulus secara keseluruhan.
Salah satu sektor yang terlihat masih jalan ditempat, adalah kepariwisataan. Padahal, sudah ada beberapa investor yang mulai mengembangkan dunia pariwisata di daerah ujung utara NKRI tersebut, namun jumlah wisatawan yang datang ke Natuna, masih belum terlihat signifikan. Sebut saja Adiwana Jelita Sejuba Resort, Natuna Dive Resort (NDR) dan Alief Stone Park, adalah beberapa destinasi wisata yang mulai dikembangkan oleh para investor.
Ditambah lagi dengan beberapa destinasi wisata yang dibangun oleh sejumlah Desa di Natuna, seperti wisata Mangrove di Pering, Mangrove Mekar Jaya, Mangrove Sebala, Mangrove Setengar, Mangrove Pengadah, Pantai Batu Kasah, Pulau Akar, Pulau Setanau, Pulau Senoa, Air Terjun Gunung Ranai, Pantai Sisi, wisata kuliner hingga wisata religi, dan masih banyak lagi destinasi wisata yang menawan dan eksotis, namun tetap saja tidak mampu mendongkrak jumlah kunjungan wisman ke Natuna.

Padahal dari segi pemasaran dan promosi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Natuna, melalui Dinas Pariwisata, sudah terbilang cukup masif. Lantas apa sebenarnya yang menjadi ‘batu sandungan’ bagi daerah berjuluk Mutiara Diujung Utara Indonesia itu, sehingga sektor kepariwisataannya terkesan mandeg.
Kepala Dinas Pariwisata Natuna, melalui Kepala Bidang (Kabid) Pemasaran Pariwisata, Kardiman, mengungkapkan, salah satu penghambat pembangunan sektor pariwisata di Kabupaten yang berdiri sejak tahun 1999 itu, yaitu dari segi transportasi. Kata dia, harga tiket transportasi udara dari dan ke Natuna terbilang masih sangat tinggi.
“Padahal potensi alam kita sangat luar biasa, tak kalah dengan daerah lain, tapi harga tiket pesawat mahal. Iya mungkin karena tidak ada persaingan harga, atau apa kita tidak tahu,” ucap Kardiman, ketika ditemui awak media ini di ruang kerjanya di Kompleks Perkantoran Masjid Agung Natuna, Senin (03/02/2025) siang.
Kemudian untuk transportasi laut, meskipun sudah ada beberapa armada kapal yang melayani rute dari dan ke Natuna, namun kenyataannya hal ini juga tidak bisa menjadi solusi untuk menggairahkan sektor kepariwisataan.

Sebelumnya kata Kardiman, pihaknya sudah pernah menawarkan paket wisata melalui jalur laut, kepada delegasi Malaysia di Kuching. Kala itu, ia menyampaikan hal ini ketika menghadiri kegiatan bilateral Sosial Ekonomi antara Malaysia Indonesia (Sosek Malindo).
“Waktu itu kita tawarkan paket wisata ke Serasan, karena disana ada Pantai Sisi, dan jaraknya juga dekat dengan Kuching (Malaysia Timur). Kita sampaikan ini ke stakeholder yang ada di Kuching, ada delegasi Khucing dan delegasi Indonesia, bahwa kita punya potensi ini,” kata Kardiman.
Di Pulau Serasan sendiri, juga sudah terbangun Pos Lintas Batas Negara (PLBN), yang telah dilengkapi oleh fasilitas layanan orang dan barang, Imigrasi, Bea Cukai, dan fasilitas-fasilitas lainnya yang diperlukan.
Pada tahun 2024 lalu, Dinas Pariwisata Natuna secara perdana juga telah menggelar event akbar bertajuk Parade Jetsky di Pantai Sisi Serasan. Dari puluhan peserta yang mengikuti parade ini, 11 orang diantaranya datang dari Khucing, Malaysia.

“Alhamdulillah antusias masyarakat sangat tinggi. Dari negara tetangga (Malaysia, red), ada sekitar tiga puluh orang yang datang. Sepanjang sejarah Natuna, itu perdana kita bikin Parade Jetsky,” kata Kardiman.
Namun sayang, event tersebut tidak mampu lagi di ulang di tahun berikutnya oleh Pemerintah Daerah setempat, lantaran ketersediaan anggaran yang terbatas.
“Tahun ini tidak ada event sama sekali,” keluh Kardiman, seraya mengusap kening.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh Dinas Pariwisata Natuna, untuk mempromosikan pariwisata di daerah yang perbatasan dengan sejumlah negara di Asia itu, salah satunya melalui peluncuran platform digital ‘Natuna Lawa’ dan ‘Song Gi Natuna’. Bahkan, salah satu inovasi tersebut pernah mendapatkan juara satu kategori promosi di tingkat Nasional, yang digelar oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian ESDM.
“Kalau untuk promosi, InsyaAllah kami tidak kurang-kurang, namun iya itu, lagi-lagi masalah transportasi yang menjadi kendala. Jadi mungkin mereka (wisatawan luar daerah, red) berpikir, daripada ke Natuna, mending ke Jepang sekalian, karena biaya transportasinya hampir sama,” tandas Kardiman. (Liputan Khusus)
Laporan : Erwin Prasetio