Saat Laki-laki Ikut Ambil Peran Dalam Kontrasepsi Mantap

0
168
dokter H. Abdul Rahman Mata, M.Kes, Sekretaris Pusat Kontrasepsi Mantap Indonesia (PKMI) Sulawesi Tenggara.
Google search engine

SINARPERBATASAN.COM, BUTON TENGAH – Di tengah diskusi yang hangat di Kecamatan Mawasangaka Tengah, Kabupaten Buton Tengah, dokter H. Abdul Rahman Mata, M.Kes, berbicara tanpa berputar-putar. Fokus.

“Vasektomi itu pilihan bagi pasangan yang benar-benar sudah mantap. Artinya, mereka sudah sepakat untuk tidak menambah anak lagi,” ujarnya. Kamis, (06/11/2025).

Sebagai Sekretaris Pusat Kontrasepsi Mantap Indonesia (PKMI) Sulawesi Tenggara, Abdul Rahman tak hanya berbicara dari sisi teori medis. Ia memahami bahwa keputusan ber-KB bukan sekadar urusan alat dan metode, melainkan keputusan besar dalam rumah tangga; menyangkut keyakinan, ekonomi, dan kesehatan.

Menurutnya, vasektomi adalah bentuk partisipasi nyata laki-laki dalam program keluarga berencana (KB).

“Ketika suami yang ambil peran, maka istri bisa terbebas dari efek samping kontrasepsi hormonal. Bukan cuma bapak yang sehat, ibu pun ikut sehat,” katanya.

Vasektomi, lanjutnya, justru memberi banyak manfaat. Dari sisi kesehatan, prosedurnya ringan, tak perlu operasi besar, dan pemulihan cepat. Dari sisi ekonomi, keluarga tidak lagi dibebani biaya pembelian alat kontrasepsi berulang.

“Kalau ibu-ibu biasanya beli pil atau suntik KB setiap bulan, dengan vasektomi, semua itu tidak perlu lagi. Sederhana tapi dampaknya besar,” jelasnya.

https://www.sinarperbatasan.com/wp-content/uploads/2024/03/WhatsApp-Image-2024-03-20-at-21.06.11-6.jpeg
Suasana diskusi intensifikasi program KB-KR di wilayah khusus Kabupaten Buton Tengah, Provinsi Sulawesi Tenggara. Diselenggarakan oleh BKKBN Perwakilan Sulawesi Tenggara dan Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana. Di Mawasangka Tengah, Kamis, (06/11/2025).

Meski begitu, Abdul Rahman menegaskan bahwa vasektomi bukan untuk semua orang.

“Idealnya dilakukan setelah melewati masa produktif, dan sebaiknya pasangan sudah punya anak laki-laki dan perempuan,” ujarnya. Ia menyebut, itu bagian dari prinsip mantap — agar keputusan diambil dengan kesadaran penuh, bukan karena tekanan.

Ketika ditanya bagaimana dengan efek sampingnya? Ia tersenyum kecil.

“Alhamdulillah, hampir tidak ada efek berat. Paling nyeri sedikit di hari-hari awal, tapi setelah itu banyak yang bilang justru merasa lebih ringan, lebih nyaman,” ungkapnya.

Abdul Rahman juga melihat vasektomi sebagai bagian dari strategi jangka panjang menekan angka kemiskinan.

“Pengendalian kelahiran itu berpengaruh langsung pada kesejahteraan. Kalau anak terlalu banyak, belum sempat yang satu tumbuh, sudah lahir lagi. Tentu ini berat, baik secara ekonomi maupun perhatian orang tua,” katanya.

Rahman pun mengingatkan bahwa setiap keluarga punya hak untuk menentukan jalan terbaik. Vasektomi, tambah dia, bukan sekadar tindakan medis, tapi simbol perubahan cara berpikir bahwa keluarga berencana adalah tanggung jawab bersama.

“Bukan lagi hanya urusan perempuan tapi keputusan suami dan istri yang saling sepakat untuk menata masa depan.” Tutupnya. (Advetorial)

Reporter: Sadly

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini