Menggeser Paradigma: Ketika Laki-laki Mulai Bicara Soal KB – Vasektomi

0
158
dokter Fitri Abu Kasim, M.Kes, Ketua Tim Kerja Akses Kualitas Layanan KB dan Kesehatan Reproduksi Kemendukbangga Perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi Tenggara.
Google search engine

SINARPERBATASAN.COM, BUTON TENGAH – Di halaman kantor Kecamatan Mawasangka Tengah, Kabupaten Buton Tengah, puluhan peserta duduk menyimak cukup serius. Di depan mereka ada dokter Fitriani Abu Kasim, M.Kes, memaparkan materi dengan suara yang tenang tapi meyakinkan.

“Kita mau sedikit merubah cara pandang masyarakat bahwa Ber-KB itu bukan hanya urusan perempuan,” ujarnya. Kamis, (06/11/2025).

Dokter Fitriani merupakan Ketua Tim Kerja Akses Kualitas Layanan KB dan Kesehatan Reproduksi, BKKBN Provinsi Sulawesi Tenggara. Ia datang ke Buton Tengah untuk yang kedua kalinya dengan membawa misi besar; memperkuat sosialisasi dan pelayanan KB di wilayah yang masih mencatat Modern Contraceptive Prevalence Rate (MCPR) rendah dan Total Fertility Rate (TFR) tinggi.

“Buton Tengah ini salah satu dari sembilan wilayah khusus di Sultra. Tapi kami melihat progresnya cukup baik, capaian peserta KB meningkat, begitu juga cakupan aksesnya,” jelasnya.

Di kegiatan kali ini, Fitriani tak datang sendiri, ia di temani dokter Abdul Rahman Mata, M.Kes, Sekretaris Pusat Kontrasepsi Mantap Indonesia (PKMI) Sulawesi Tenggara, didampingi Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Buton Tengah, Tamrin, S. Pd, ada juga tokoh agama, PKK, hingga TNI-Polri yang dilibatkan dalam memperluas pesan bahwa KB dan Kesehatan Reproduksi bukan momok, tapi sebuah ikhtiar untuk membangun keluarga yang sehat.

https://www.sinarperbatasan.com/wp-content/uploads/2024/03/WhatsApp-Image-2024-03-20-at-21.06.11-6.jpeg
Dokter Fitriani Abu Kasim M. Kes, didampingi dokter H. Abdul Rahman Mata M. Kes, dan Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Buton Tengah, Tamrin, S. Pd. Kamis, (06/11/2025).

Salah satu fokus utama Fitri adalah menepis mitos tentang vasektomi. Sebuah kontrasepsi mantap bagi laki-laki.

“Masih banyak yang takut, katanya nanti tidak bisa berdiri. Padahal yang dipotong bukan batangnya, tapi saluran kecil di antara dua testis. Efeknya? Justru lebih positif, karena laki-laki merasa tenang dan percaya diri, tidak khawatir istrinya hamil lagi,” terangnya.

Ia bercerita tentang seorang warga di Lombe yang pernah menemuinya, meminta pelayanan vasektomi karena sang istri tak lagi sanggup menggunakan KB hormonal.

“Ini yang kami dorong, partisipasi laki-laki dalam program KB. Karena kalau istri tidak cocok, suami bisa ambil peran. Ada kondom, dan ada vasektomi yang bersifat permanen,” katanya.

BKKBN, lanjutnya, menyiapkan dukungan pembiayaan melalui dana BOKB untuk pelayanan KB, termasuk vasektomi. Namun ia menegaskan, keputusan ber-KB haruslah kesepakatan bersama antara suami dan istri.

“Pemerintah memfasilitasi vasektomi, tapi kalau mau rekanalisasi (menyambung kembali), itu tidak ditanggung dan hanya sekitar 20 persen yang berhasil,” ujarnya.

Menurut Fitri, sudah saatnya masyarakat harus memiliki keberanian menggeser pola pikir lama bahwa ketika berbicara tentang KB bukan lagi ranah perempuan saja, tapi juga tanggung jawab laki-laki.

“Yang paling penting kita ingin keluarga di Buton Tengah tumbuh sehat, sejahtera, dan saling mendukung dalam keputusan terbaik untuk masa depan.” Tutupnya. (Advetorial)

Reporter: Sadly

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini