SINARPERBATASAN.COM, BUTON TENGAH — Di sebuah rumah kader di jantung desa, aroma sayur bening dan ikan bakar berpadu dengan suara tawa ibu-ibu. Pagi itu, bukan sekadar memasak yang mereka lakukan. Senin, (10/10/2025).
Mereka sedang belajar menyiapkan masa depan yang lebih sehat bagi anak-anak mereka. Itulah semangat dari Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT) — gerakan yang kini menghidupkan harapan baru di banyak kampung di Kabupaten Buton Tengah.
Program yang digagas oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) ini, diluncurkan sejak Oktober 2021 sebagai bagian dari strategi nasional percepatan penurunan stunting.
Namun di Buton Tengah, ide itu tumbuh menjadi gerakan sosial yang lebih dekat dengan warga. Melalui Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P2KB), DASHAT diterjemahkan dalam bentuk pembekalan bagi para kader, tenaga gizi, dan penggerak PKK yang kemudian akan menjadi ujung tombak di kampung-kampung.
Kepala Bidang Pengendalian Penduduk, Erly, yang memimpin kegiatan ini menyebut, pembekalan DASHAT bukan hanya soal teori gizi, tetapi juga soal kolaborasi dan kepedulian.
“Kita ingin setiap keluarga bisa memanfaatkan bahan pangan lokal untuk memenuhi kebutuhan gizi anak-anak mereka,” ujarnya di sela kegiatan.
Di tiap desa, peserta datang dari beragam latar — ada Ketua Tim Penggerak PKK Desa/Kelurahan, kader DASHAT, Tenaga Kesehatan, hingga Tim Pendamping Keluarga (TPK).
Mereka belajar cara menyajikan makanan sehat dan bergizi seimbang, memahami pola makan anak, dan berdiskusi tentang cara mengubah kebiasaan sederhana di rumah menjadi langkah nyata melawan stunting.
Program DASHAT juga menekankan penggunaan bahan pangan lokal — ubi, ikan laut, daun kelor, hingga pisang — yang selama ini akrab di dapur warga. Dari bahan-bahan sederhana itulah, para ibu diajak menyusun menu sehat bagi balita dan ibu hamil.
Bagi Dinas P2KB Buton Tengah, pembekalan ini adalah langkah awal menanam kesadaran. Bahwa pencegahan stunting bukan urusan program semata, tetapi gerakan sosial yang harus tumbuh dari dapur setiap rumah.
“Kami ingin ibu-ibu di kampung tak hanya tahu gizi, tapi juga bisa mengolah makanan sehat dari apa yang ada di sekitar mereka,” ujar Fahriah Marsiful bertugas sebagai pendamping dalam kegiatan tersebut. (Advetorial)
Reporter: Sadly















