Penulis : Taufik Hidayatullah, S.Ag
Alumni UIN Mataram NTB
Kontribusi nyata MUI dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia tidak bisa diragukan lagi, sebagai wadah naungan hampir seluruh ummat Islam di Indonesia. MUI sebagai payung warna bendera berbagai lapisan ormas Islam telah memberikan kontribusi nyata melalui fatwa-fatwanya yang cukup didengar dilapisan masyarakat luas. Sepak terjang MUI telah berjalan begitu amat berdampak khususnya dibidang kehidupan sosial keagamaan.
Indonesia dengan negara yang mayoritas berpenduduk muslim terbesar di Dunia sudah barang tentu memerlukan sebuah wadah yang menjembatani seluruh lapisan ormas Islam. Tentunya hadirnya MUI telah berhasil mengambil peran sebagai medioker yang elegan, harmonis, dan apik dari segi keberagaman ummat Islam. Hal tersebut menjadikan MUI sebagai saluran aspirasi Ummat dalam rangka menyelesaikan problema kehidupan keagamaan di Indonesia.
Di milad MUI yang ke 48 ini rasa-rasanya peran sentral tersebut amat terasa hingga kini. Ummat yang dilanda kebingungan dari dimensi keagamaan mampu terjawab melalui fatwa-fatwanya yang cukup berpengaruh di tengah-tengah lapisan masyarakat luas. Semua ormas Islam baik itu Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Mathla’ul Anwar, Persis, Al-Washliyyah hingga Nahdlatul Wathan yang basis masanya terletak di Nusa Tenggara Barat turut andil didalamnya, sehingga hal tersebut menjadikan MUI mampu menjembatani berbagai warna ormas dalam satu wadah yang diberi nama MUI(Majelis Ulama Indonesia).
Ditengah gersangnya hidup, kesesatan yang merajalela, ditambah dengan beban hidup yang cukup berat rasanya agama sebagai sarana media untuk memohon pertolongan kepada Tuhan yang maha Esa cukup menyirami kegundah gulanaan kehidupan. Tuntunan beragama lewat media massa diera kekininan juga cukup mewarnai pemahaman keagamaan seseorang, tentunya hadirnya MUI dalam menjawab itu semua lewat tema besar keshalehan digital telah memberikan warna kehidupan berbangsa yang lebih bermartabat sehingga masyarakat lapisan bawah faham bahwa sholeh bukan hanya secara kehidupan sosial saja, namun sholeh secara digital juga amat penting dalam menjalin kehidupan berbangsa dan bernegara di era disrupsi sekarang ini.
Keshalehan digital perlu terus didengung-dengungkan oleh MUI sehingga kehidupan digital keagamaan kita di ruang yang tanpa batas tersebut mampu menghadirkan keadaban digital yang agamis. Tentu, hal tersebut telah MUI lakukan dengan amat baik melalui media resminya. Kegaiatan semacam seminar-seminar misalnya ataupun sosialisasi langsung kepada lapisan grassroot(akar rumput) telah MUI lakukan dengan baik. Penulis berharap semoga dalam rangka milad MUI yang ke-48 ini MUI semakin diberkahi dan senantiasa diberi pertolongan oleh Tuhan yang maha Esa dalam mengambil kebijakan agar ummat selalu senantiasa sejahtera secara ukhrawi dan bermartabat secara duniawi. Aamiin